Kusta Bukan Penyakit Kutukan dan Penderita Kusta Juga Bisa Bersaing Di Dunia Kerja



Indonesia merupakan peringkat ke-3 setelah India dan Brazil, yang memiliki pasien dengan
penyakit kusta terbanyak di dunia. Penyakit ini ditakuti karena dapat menimbulkan kecacatan
dan kelumpuhan.Hampir sebagian besar orang pasti memiliki rasa takut dengan penyakit ini.

Padahal diagnosa dini justru menjadi kunci kesembuhan penyakit kusta. Lantas bagaimana mengatasinya? 

Apa itu Kusta?

Penyakit kusta atau lebih dikenal sebagai Morbus Hansen / Lepra, merupakan infeksi kronis
yang disebabkan oleh bakteri Myco leprae.
Bakteri M.leprae cenderung tidak mudah dideteksi, membutuhkan sekitar 2 – 10 tahun untuk
berkembang di dalam tubuh manusia, sehingga gejala visual kusta sangat amat lambat.


Siapa yang berisiko terkena Kusta?

Adalah orang yang tinggal di daerah tropis dan kontak lama dengan penderita kusta.
Penularan melalui airborne droplets (batuk/bersin)

Kusta sering dianggap penyakit yang menakutkan, padahal penyakit ini dapat ditangani secara
tuntas, yaitu dengan cara pemberian obat kombinasi, berupa antibiotik atau Multi Drug Treatment (MDT).
Dokter akan menentukan jumlah, jenis dan dosis obatnya sesuai dengan jenis lepra yang dialami.
Bila ada bercak putih di kulit, walaupun tidak ada gejala apapun segera periksakan diri ke puskesmas. Semakin cepat ditangani maka semakin tinggi peluang kesembuhan dan mencegah penularan lebih luas dan meminimilasir kecacatan yang terjadi. Perlu diketahui, amat sangat jarang kasus kusta bisa kambuh. Ya boleh dibilang penyakit kusta adalah penyakit tidak mematikan namun ia bisa membuat penderita kehilangan segala-galanya. Bukan cerita aneh yang bikin hati teriris. Karena sakitnya itu dia kehilangan pekerjaan, keluarga bahkan sampai ada yang bercerai dan dikucilkan. Bayangkan bagaimana rasanya mendapat perlakuan seperti itu seumur hidupnya? Dalam upaya menuju Indonesia bebas kusta tidak bisa mengandalkan peran Kemenkes semata. Butuh gerakan terpadu dari berbagai kalangan seperti NLR, KBR dan Media untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan para penderita mau memeriksakan diri dan mendapat pengobatan yang tepat. Semoga saja dengan edukasi melalui informasi secara masif dapat menghilangkan stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi terhadap penderita kusta. Proyek Suka KBR merupakan akronim Kantor Berita Radio yang memproduksi podcast dan konten radio berbasis jurnalisme. Berjejaring dengan 500 radio di Indonesia KBR concern memberitakan isue-isue sensitif dan masyarakat terpinggirkan. NLR merupakan organisasi non pemerintahan yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta. Dalam perannya memerangi kusta dan stigma serta diskriminasi yang menyertai, KBR dan NLR bergandengan tangan meluncurkan Proyek Suka #SuaraUntukIndonesiaBebasKusta. Melalui media diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang kusta bagi publik.

Pemberantasan Kusta di Bone, Sulawasi Selatan




Selama Pandemi Covid 19 ini, diakui Komarudin, terjadi pengurangan keaktifan tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan, yang terjun langsung ke lapangan untuk menemukan penderita Kusta, apalagi yang sifatnya untuk mengumpulkan masyarakat. Jelas saja, karena selain waspada tertular Kusta, juga waspada Corona, karena kan virus Covid 19 itu, tak kelihatan wujudnya oleh mata kita.

Upaya deteksi dini penemuan kasus Kusta di masa pandemi ini, memang terhambat, Namun di sisi lain, programnya harus tetap berjalan, karena apabila penemuan kasus Kusta ini diberhentikan saat ini, dikhawatirkan, kasusnya akan meluas penularannya. Misalnya, identifikasi kasus kusta yang melibatkan petugas kesehatan (dalam hal ini bidan desa), dalam melakukan pendataan pada masyarakat yang mengalami bercak-bercak di kulitnya, yang mana untuk selanjutnya, akan ditindaklanjuti oleh pihak Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, baik di  rumah pasien ataupun Balai Desa, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid 19.

Situasi prevelensi Kusta di Kabupaten Bone sendiri dikatakannya, sebelum Covid 19 mengalami stagnan, bertahan di angka 2.5%. sementara itu, saat pandemi ini, malah menurun jadi sekira 1.7%, yang disebabkan oleh kurang aktifnya pegawai puskesmas menemukan kasus penderita kusta, karena adanya pembatasan jarak temu.

Program Kerja Pemerintah Kabupaten Bone

Program kerja yang disusun oleh pemerintah Kabupaten Bone bersama Dinas Kesehatan melalui puskesmas-puskesmas di tiap daerah di Kabupaten Bone untuk mengurangi meluasnya penyakit kusta antara lain:
1. Pemberian obat pencegahan kusta
2. Pemeriksaan penderita kusta
3. Melakukan kegiatan school survey
4. Kampanye eliminasi kusta
5. Intensifikasi gespending

Dalam pemaparannya, Komarudin, S.Sos.M.Kes berpesan agar selalu menjaga protokol kesehatan, dengan begitu selain dapat mencegah dari penyebaran Covid-19 juga dapat mengurangi penularan kusta di Kabupaten Bone. 


Yang tidak kalah pentingnya adalah semangat dan kebersamaan dengan mengedepankan keselamatan bekerja dan ketepatan dalam bertindak sesuai slogan orang Bone, "Ya Tutu Ya Slame, Ya Capa Ya Cilaka", yang memiliki makna "Barang siapa waspada, maka ia akan selamat dan barang siapa yang lalai maka ia akan celaka".


Isu Inklusifitas dalam Dunia Kerja

Level inklusifitas penanganan Kusta, TBC, juga HIV AIDS sendiri kata Rohman, sejak Covid 19 ini, sangat berkurang perhatiannya, karena kita kan memang dianjurkan untuk tidak mengadakan kegiatan yang berpotensi akan mengumpulkan masyarakat. Demikian pula katanya, bagi perusahaan, isu Kusta jadi makin tersisihkan, karena banyak perusahaan pun tutup. Akhirnya yang terpilih adalah orang-orang yang bisa bertahan di perusahaan itu. Dengan kata lain,  di masa pandemi ini, jangankan yang difabel, yang non difabel juga mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Work from Home (WFH), dll.

Namun demikian, bahkan jauh sebelum undang-undang tentang Disabilitas disahkan kata Rohman, Jawa Pos sendiri, tidak mendiskriminasi para pelamar yang difabel dalam perekrutan tenaga kerja. Intinya menurut Rohman, semua berkesempatan bekerja, sebaik-baiknya, sesuai kemampuannya. Jadi jangan dicegah dan dibatasi hanya karena keterbatasannya.

Maka dari itu, sangat disarankan, bila menemui gejala Kusta, segera diobati, agar bekerja pun nantinya, akan lebih nyaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bhrisco Jordy Si Pejuang Literasi Papua di Pulau Masinam

Pelembut dan Pewangi Stawberry Korea Buat Pecinta Korea dan Strawberry